Kultur jaringan
Kultur
jaringan adalah suatu metode untuk
mengisolasi bagian dari tanaman seperti
sekelompok sel atau jaringan yang ditumbuhkan dengan kondisi aseptik,
sehingga bagian tanaman tersebut dapat memperbanyak diri tumbuh menjadi tanaman
lengkap kembali.
Prinsip
Teknik
kultur jaringan memanfaatkan prinsip perbanyakan
tumbuhan secara vegetatif. Berbeda
dari teknik perbanyakan tumbuhan secara konvensional,
teknik kultur jaringan dilakukan dalam kondisi aseptik di
dalam botol kultur dengan medium dan kondisi tertentu. Karena itu teknik ini sering kali disebut kultur in vitro. Dikatakan in vitro (bahasa Latin), berarti "di dalam
kaca" karena jaringan tersebut dibiakkan di dalam botol kultur dengan
medium dan kondisi tertentu. Teori dasar dari kultur in vitro ini adalah Totipotensi. Teori ini mempercayai bahwa
setiap bagian tanaman dapat berkembang biak karena seluruh bagian tanaman
terdiri atas jaringan-jaringan hidup. Oleh karena itu, semua organisme baru yang berhasil ditumbuhkan
akan memiliki sifat yang sama persis dengan induknya.
Prasyarat
Pelaksanaan
teknik ini memerlukan berbagai prasyarat untuk mendukung kehidupan jaringan yang dibiakkan.[2] Hal yang paling esensial adalah
wadah dan media
tumbuh yang steril. Media adalah tempat bagi jaringan untuk tumbuh dan
mengambil nutrisi yang mendukung kehidupan
jaringan.] Media tumbuh menyediakan berbagai
bahan yang diperlukan jaringan untuk hidup dan memperbanyak dirinya.]
Media
Ada
dua penggolongan media tumbuh: media padat dan media cair. Media
padat pada umumnya berupa padatan gel,
seperti agar, dimana nutrisi dicampurkan pada agar. Media cair adalah nutrisi yang dilarutkan di air. Media
cair dapat bersifat tenang atau dalam kondisi selalu bergerak, tergantung
kebutuhan. ]Komposisi media
yang digunakan dalam kultur jaringan dapat berbeda komposisinya. Perbedaan
komposisi media dapat mengakibatkan perbedaan pertumbuhan dan perkembangan eksplan yang
ditumbuhkan secara in vitro. Media Murashige dan Skoog (MS)
sering digunakan karena cukup memenuhi unsur hara makro, mikro dan vitamin
untuk pertumbuhan tanaman.
Nutrien yang tersedia di media berguna
untuk metabolisme, dan vitamin pada media dibutuhkan oleh
organisme dalam jumlah sedikit untuk regulasi. Pada media MS, tidak
terdapat zat pengatur tumbuh (ZPT) oleh karena itu ZPT ditambahkan pada media
(eksogen). ZPT
atau hormon tumbuhan berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan tanaman.[7] Interaksi dan keseimbangan antara ZPT
yang diberikan dalam media (eksogen) dan yang diproduksi oleh sel secara
endogen menentukan arah perkembangan suatu kultur.
Penambahan hormon tumbuhan atau zat pengatur tumbuh pada
jaringan parenkim dapat mengembalikan jaringan ini menjadi meristematik kembali
dan berkembang menjadi jaringan adventif tempat pucuk, tunas, akar maupun daun pada
lokasi yang tidak semestinya. Proses ini dikenal dengan peristiwa dediferensiasi.
Dediferensiasi ditandai dengan peningkatan aktivitas pembelahan, pembesaran
sel, dan perkembangan jaringan.
Metode
Metode
perbanyakan tanaman secara in vitro dapat dilakukan melalui tiga cara, yaitu
melalui perbanyakan tunas dari mata tunas
apikal, melalui pembentukan tunas
adventif, dan embriogenesissomatik,
baik secara langsung maupun melalui tahap pembentukan kalus. Ada
beberapa tipe jaringan yang
digunakan sebagai eksplan dalam
pengerjaan kultur jaringan. Pertama adalah jaringan muda yang belum
mengalami diferensiasi dan masih aktif membelah (meristematik) sehingga
memiliki kemampuan regenerasi yang
tinggi. Jaringan tipe pertama ini biasa ditemukan pada tunas apikal,
tunas aksiler, bagian tepi daun, ujung akar, maupun kambium batang. Tipe jaringan yang
kedua adalah jaringan
parenkima, yaitu jaringan penyusun tanaman muda yang sudah mengalami
diferensiasi dan menjalankan fungsinya. Contoh
jaringan tersebut adalah jaringan daun yang sudah berfotosintesis dan jaringan
batang atau akar yang berfungsi sebagai tempat cadangan makanan]
1 komentar:
trimakasi mbk atas artikelnya
Posting Komentar